Resensi Laut Bercerita Karya Leila S.Chudori
Judul: Laut Bercerita
Penulis: Leila S. Chudori
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Isi: 379 hlm; 20 cm
Terbit: Oktober 2017
ISBN: 978-602-424-694-5
Sinopsis
“Matilah engkau “
Kau akan lahir berkali-kali.
Kisah ini dimulai ketika biru laut menginjakkan kaki di kota jogja. Kota pelajar yang memiliki banyak kenangan bagi para wisatwan. Keterlibatan laut ada aktivitas wirasena menyebabkan ia mengikuti berbagai kegiatan berbahaya. Berbagai upaya penculikan dan penangkapan dialami oleh laut dan teman-teman. Namun, hal itu tidak menyurutkan perjuangan melawan rezim orde baru.
Pertemuan laut dengan kinan menjadi awal perubahan dalam hidupnya. Laut yang kuliah di jurusan sastra telah mengagumi karya sastra sejak SD. Ketika mengenyam sekolah dasar laut selalu mendengarkan syair yang disampaikan sang guru. Hingga akhirnya sang guru keluar dengan dalih dipindahtugaskan. Tanpa perpisahan, tanpa sambutan akhir.
Kala itu markas organisasi wirasena berpindah ke daerah seyegan. Bersama kawan-kawannya ,Daniel,Sunu,Alex, Gusti dan Tama. Selain itu ia memiliki senior yang bernama Julius dan Kinan. Mereka memiliki tujuan yang sama yaitu melepas jerat kemiskinan dan penindasan pada Orde Baru. Tindakan represif dari aparat yang mengakibatkan kehidupan mereka terancam.
Namanya pergerakan tentu selalu mewaspadai penyusup. Pada kisah awal Tama selalu dituduh sebagai penyusup. Tingkahnya yang over dan agak ambisius menyebabkan kawan-kawan kurang menyukainya. Kalau diibaratkan ia seperti “sperma bocor”, yang keluar sebelum waktunya. Beberapa kali aksi juga diketahui tama tidak mengikuti dengan dalih ditugaskan di daerah lain.
Namun kecurigaan itu terungkap ketika mereka dipenjara bersama-sama. Setelah wirasena ditetapkan menjadi organisasi terarang. Laut dan Alex berpindah-pindah tempat. Dengan bekal honor tulisan ia dapat mendanai kepindahanya bersama Alex. Tentu saja keberadaan penyusup yang menghalangi pergerakan wirasena. Sehingga keberadaan laut diketahui para intel dan mereka ditangkap dan dipenjara bersama-sama. Entah minggu ke berapa mereka disiksa Tama dimasukkan ke dalam penjara. Tentu hal itu mengagetkan mengingat kelakuan Tama yang sering bertentangan dengan kawan-kawan. Hingga akhirnya Laut mengetahui Gusti pembawa kamera terkenal di wirasena yang berkhianat. Ia mengabadikan kekerasan yang dialami Laut dan kawan-kawan.
Asmara Jati terkejut dengan kembalinya Alex. Selain Alex,Sunu dan Daniel juga dipulangkan. Penyiksaan yang dialami selama berbulan-bulan mengakibatkan trauma yang mendalam bagi para aktivis. Siksaan yang dialami masih membayang dalam kehidupan para aktivis. Keberadaan Biru laut,Kinan dan Bram belum diketahui. Hingga akhirnya mereka memutuskan membentuk Komisi orang hilang.
Ulasan
Lelila membawa pembaca merasakan apa yang dialami di dalam penjara. Siksaan yang kejam dan berbagi dampratan mewarnai keseharian di penjara. Latar belakang penulis sebagai jurnalis tentu berdasarkan kisah nyata para aktivis.
Dari novel ini kita juga dapat mengetahui kejahatan yang dilakukan rezim orde baru. Berbagai kejahatan HAM yang belum diselesaikan menjadi PR bagi Reformasi. Tentunya pembaca akan dibawakan betapa represif rezim orde baru.
Bahasa yang digunakan dalam buku ini masih familiar dan jarang bahasa asing. Alur yang berbolak-balik membutuhkan konsentrasi bagi pembaca. Tentu pembaca akan dibawa dalam kondisi penjara bawah tanah yang pengap dan luka lebam di seluruh tubuh.
Posting Komentar
0 Komentar