Perempuan Berkerudung Hitam
Aku menarik pedal gasku, segera keluar gang dan membelah jalanan kota Solo. Setelah menunggu hampir dua jam, dia malah membatalkan janji denganku.
“tentu saja dia mengabaikan temannya untuk cewek yang gak jelas status hubungannya”.
Motorku melaju di jalanan solo. Sedikit lambat karena padatnya kendaraan siang ini. Maklum saja , ini hari minggu tepatnya waktu liburan untuk masyarakat kota. Kali ini tujuanku ialah toko buku. Pembatasan yang dilakukan pemkot solo mengakibatkan objek wisata tutup. Toko buku menjadi pilihan untuk menutup pekan ini. Kebetulan ada buku yang hendak aku beli dan titipan dari teman kontrakan.
Aku memarkir motorku tepat ketika azan Dhuhur berkumandang. Kebetulan toko buku disini juga menyediakan Mushola bagi pembeli yang hendak melaksanakan Sholat 5 waktu. Tempat yang tak begitu luas dan nyaman untuk beribadah.
Rak-rak buku aku perhatikan satu-persatu. Telah dinamai sesuai jenis buku yang dijual. Kebetulan sedang diskon 25 % di awal bulan sehingga agak menghemat dompet yang mulai kering.
“Nah, ini buku yang aku cari” batinku.
Novel dengan judul “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas” karya Eka Kurniawan menjadi target buruanku bulan ini. Aku selalu menyisakan uang bulanan untuk membeli buku. Membaca buku menjadi pilihan ketika sedang gabut atau ada waktu luang. Rak buku filsafat menjadi tujuanku selanjutnya. Disana tertata rapi buku, entah dari penulis barat maupun timur. Begitu juga dengan berbagai aliran filsafat di dalamnya. Tanpa perlu waktu lama aku mengambil buku pesanan temanku dan menuju ke meja kasir.
“Mas untuk diskon buku Kuliah hanya 10 %, namun novel yang mas beli tetap sama 25 %”. jadi totalnya 150 ribu.”
Aku celingukan, uang dalam dompetku ternyata ngepas. Sesuai perhitunganku bersama diskon bukui 25 %. Keringat dingin mulai bercucuran di sekitar leherku. Aku hendak membatalkan pembelianku, namun sekejap seorang perempuan berkerudung hitam menjulurkanm tanganya dan membayar buku yang ku beli.
Aku terkejut dengan respon perempuan tersebut. Sekelebat perempuan itu pergi ketika aku hendak mengejar keluar toko. Tak ada tanda ia pergi kemana, wajahnya tertutup masker sehingga sulit untuk mengenali wajahnya.
Berkunjung ke toko buku menjadi rutinitasku setiap minggu. Bukan untuk membeli buku, namun untuk mengganti uang yang dibayarkan perempuan berkerudung hitam minggu lalu.
“Mas, perempuan yang memakai kerudung hitam itu banyak. Kebanyakan pembeli di toko juga mengenakan kerudung hitam. Saya ndak tau, perempuan yang anda cari”.
Begitu kira-kira jawaban kasir ketika kutanya keberadaan perempuan itu. Rutinitasku ini berjalan terus menerus. Tak ada tanda perempuan itu bakal muncul. Wajahnya pun aku juga tak tau yang mana. Yang jelas namanya hutang itu wajib diganti. Dia tidak bilang Ikhlas atau tidak, aku takut ditagih di akhirat kelak.
“Belum ketemu mba-nya mas ?”. ucap penjaga kasir untuk kunjunganku ke-8. Aku tidak akan menanyakan hal itu kepada kasir tersebut. Aku berlalu mengambil satu buku dan membaca sampai tamat. Tak butuh lama untuk menamatkan satu buku, mungkin sekitar 2-3 jam. Kemudian kembali lagi ke kontrakan.
Sebuah poster launching pembukaan buku muncul di explore instagram. Minggu besok, menarik untuk dikunjungi. Dan hari kemarin ialah hari terakhirku mengunjungi toko buku.
Sepi , begitulah ketika pertama kali aku mengunjungi toko buku ini. Tak ada 10 pengunjung yang melihat-lihat buku. Namun ada yang sosok yang tak asing, selintas sosok yang kucari. Namun, aku belum bisa memastikan itu wanita tersebut atau bukan. Hingga akhirnya aku memutuskan kembali ke kontrakan.
Aku mencari startegi untuk memastikan bahwa perempuan itu yang kucari. Mungkin reka ulang kejadian mampu membangkitkan ingatannya kembali. Aku beraksi di hari yang sama, jam yang sama, dan pakaian yang sama, permasalahan yang sama pula.
Hingga akhirnya aku sampai di depan kasir. Nominal telah disebut, aku seolah merogoh uangku. Nampak seperti kurang uang.
“Uangnya kurang mas,Kebiasaan”. ungkap sang kasir.
Posting Komentar
0 Komentar